Laman

Sabtu, 12 Maret 2011

KEKAYAAN KALIMANTAN


: Kemana Larinya Kekayaan Alam Kalimantan?
 
Dari Palangkaraya di Kalimantan Tengah dengan menggunakan mobil kami harus bertolak ke kota Ketapang di Kalimantan Barat. Rutenya Palangkaraya - Sampit - Pangkalan Bun - Manis Mata - Ketapang. Waktu tempuhnya amit-amit deh: 3 hari! Berangkat pagi sampai di kota tujuan sore hari dan kami menginap di sana. Besok paginya dilanjutkan lagi ke kota berikutnya. Sengaja kami menginap di tiap  kota tujuan karena kami tak berani berjalan di malam hari, maklum medannya berat.  Sebenarnya jaraknya tidak jauh-jauh amat, dari Palangkaraya ke Pangkalan Bun 700-an km ditempuh selama 8 jam. Pangkalan Bun - Manis Mata 300-an km kami tempuh degan waktu 10 jam.  Manis Mata - Ketapang juga berjarak 300-an km kami tempuh selama 12 jam! Gila benerrrrrr!

Maklum infrastuktur jalannya kurang memadai. Kualitas jalannya buruk, perpaduan  jalan  aspal  bergelombang + kubangan lumpur . Untung saja mobil yang kami kendarai punya kemampuan off road jadi tidak mengalami kesulitan yang berarti ketika melewatinya. Dari Palangka Raya ke Pangkalan Bun kondisi jalan lumayan baik, walau tetap bergelombang. Maklum  lagi membuat jalan di atas lahan gambut perlu teknologi yang memadai. Satu-satunya jalan raya di Kalimantan yang mempunyai kualitas terbaik adalah jalan Rusia yang memanjang dari Palangka ke kota kecamatan Kasongan.  Jalan ini dibuat oleh Presiden Soekarno dengan mendatangkan teknisi dari Rusia. Makanya di sebut jalan Rusia. Konon  urukan batu padas untuk landasan jalannya  setebal 2 meter.  Itulah mengapa jalan itu stabil dan masih kuat bertahan sampai sekarang. Tapi ada kisah kelam yang mengiringi sejarah jalan itu. Di jaman Gestapu tahun 1965  para pekerja yang terlibat dalam proyek pembuatan itu dituduh terlibat PKI dan banyak yang dibantai! Padahal mereka hanyalah rakyat kecil yang mencari makan dengan menjadi buruh... hiks...hiks...hiksss. Politik memang kejam!

Selepas kota Pangkalan Bun menuju kota kecamatan Manis Mata jangan harap bisa mendapat jalan sekualitas jalan Rusia. Hampir sepanjang jalan selepas memasuki kota Nangka Utik kondisi jalan rusak berat, hanya separuh jalan aspal (yang bolong-bolong) selebihnya jalan tanah yang melewati ratusan kilometer perkebunan sawit.  Kecepatan kendaraan maksimal hanya 40km/jam dan rata-rata kecepatan 10-30 km/jam.
Yang paling mengerikan adalah dari kota Manis Mata ke kota Ketapang, kondisi jalan banyak terdapat kubangan dan banyak truk terperosok dan mogok di sana. Walaupun itu jalan provinsi yang seharusnya berkualiatas baik.  Kami harus menunggu berjam-jam agar bisa melewati kubangan itu. Truk-truk itu adalah pengangkut CPO Sawit dan Karet yang seharusnya tidak boleh melewati jalan provinsi. Ketika saya memotret truk-truk yang terperosok itu para supirnya khawatir, karena jelas mereka melanggar aturan karena tidak boleh melalui jalan provinsi. Oh ya, sebagai catatan jalan yang kondisinya rusak berat itu terletak di sepanjang Tumbang Titi yang menurut salah seorang supir baru saja tiga bulan yang lalu diperbaiki.

Karena kondisi jalan yang parno  inilah warga kota Manis Mata di Kalimantan Barat lebih suka berbelanja sembako ke Pangkalan Bun di Kalimantan Tengah dari pada  ke kota Ketapang (Kalimantan Barat) yang berjarak sama. Yang saya tak habis pikir kok bisa-bisanya kondisi jalan yang buruk itu tengah kekayaan yang melimpah? Berapa banyak hutan Kalimantan yang hilang? Berapa  banyak terdapat kebun sawit di sana? Berapa banyak pula pertambangan emas, batubara, dan boksit  di sana? Lalu ke mana hasil kekayaan alam itu semua? Kemana kekayaan itu mengalir? Kok bikin jalan untuk rakyat saja nggak bisa bagus?

Saya curiga jangan-jangan yang terbesar hasil kekayaan alam itu masuk ke kantong pribadi para pejabat daerah, anggota dewan terhormat, dan  para kerabatnya yang berkongkalikong dengan para pengusaha. Semoga kecurigaan saya salah. Semoga hasil kekayaan itu betul-betul untuk rakyat.

Di bandingkan dengan negeri tetangga Brunei Darussalam yang kekayaan alamnya juga sama kok mereka bisa jauh lebih makmur? Bagaimana sih para pejabat di daerah  mengkelola kekayaan Kalimantan?

Oh, kasihan benar Kalimantanku!










Tidak ada komentar:

Posting Komentar